35 Comments
DI SISI LAIN PULAU JAWA 25 Oktober 2012 Terbangun oleh bisikan-bisikan lirih yang terbawa angin, mata yang terlelap pun mengerling mencari tahu dari mana asal suara tersebut, "Ah" ternyata bapak dan ibu penjual sudah mulai beraktifitas lagi mencari nafkah pagi ini, sekilas kulirik jam dan sedikit tak percaya rupanya masih dini hari dan bahkan belum jam 4 pagi. Hembusan angin terasa dingin sementara diluar gerbong tak sedikitpun cahaya terlihat kecuali kerlip lampu-lampu rumah yang sesekali terlihat saat kereta melewati sebuah kota atau desa. Saat adzan subuh sayup-sayup terdengar, tayamum dan sholat subuh yang kulakukan sambil duduk kembali menjadi perhatian orang-orang sekitarku, mungkin aneh bagi mereka. Selepas sholat satu-persatu penumpang turun di stasiun-stasiun di sepanjang perjalanan mendekati kota Malang, gerbong yang penuh pun menjadi semakin lengang, ada kursi-kursi kosong yang bisa dipakai untuk merebahkan badan melepas sedikit penat di punggung yang semalaman terpaksa menopang tubuh besar ini. Jam-jam berlalu dengan lambat, keriuhan gerbong nyaris hilang saat kereta semakin mendekati kota Malang karena tak banyak lagi penjual yang berlalu-lalang menawarkan barang jualan, keretapun terasa berjalan semakin lambat sampai akhirnya decit rem berbunyi saat stasiun kereta Malang kota menjadi pemberhentian akhir kereta Matarmaja. Akhirnya setelah 19 jam duduk dan wira-wiri di gerbong matarmaja, berjalan di peron stasiun benar-benar sangat melegakan, otot-otot yang kaku kembali aktif dan tubuh serasa hidup kembali saat peredaran darah mengalir dengan lancar membawa oksigen dari udara sejuk segar diluar stasiun. Sisi lain pulau Jawa telah dicapai, petualangan hari ini baru dimulai, memilih becak, menuju rumah, mandi, sarapan dan istirahat sejenak sebelum meneruskan perjalanan Malang-Surabaya-Bangkalan-Bromo melanjutkan Survei Outcamp SD5 Sekolah Alam Cikeas ke Bromo. Bersambung... ke Eps 4. Sekolah berkualitas, unggulan, favorit dan terbaik.
MALAM DI ATAS KERETA API 24 Oktober 2012 Saat senja datang, stasiun-stasiun dalam kota satu persatu terlewati dengan lancar, di luar jendela pemandangangan berangsur berubah dari kumuhnya kota jakarta menjadi pemandangan bentangan-bentangan alam yang beragam, mulai dari suasana pinggiran kota yang lengang sampai pemandangan sawah yang mengering. Bersandarkan kursi dan menikmati hembusan angin segar sore hari, suasana dalam gerbongpun berubah. Pengap dan panasnya gerbong hilang tak bersisa tertiup angin dari jendela-jendela persegi panjang di atas jajaran jendela utama kereta, suasana dalam gerbong menjadi tenang karena tampaknya setiap orang menikmati hal yang sama seperti yang aku rasakan, menikmati pemandangan luar gerbong dan menikmati sejuknya hembusan angin sore ditemani oleh lalu lalang pedagang yang tak henti berlalu lalang merusaha mendapatkan rejeki dari kami para penumpang kereta, peluh yang tadi membasahi kening tersapu bersih dan meninggalkan rasa nyaman. Entah berapa lama kami bercengkrama, ngobrol ngalor-ngidul, sampai akhirnya tiba-tiba kami dikejutkan dengan kepulan debu yang menyelimuti seluruh gerbong kereta, "ada yang bakar-bakar di luar ya?" tanyaku ragu dalam hati karena yang menyelimuti gebong bukan asap tapi debu. Tak lama pertanyaan dalam pikiranku terjawab oleh celetukan Bapak yang duduk diseberang kananku. "Selalu begini deh kalau lewat daerah ini pas kemarau, tanah dibawah kereta berhamburan setiap kali kereta lewat" serunya. Tak lama kemudian debu-debu yang bertebaranpun hilang disapu sang angin yang tadi justru membawa sang debu masuk ke dalam gerbong. Cahaya senja berangsur memudar seiring matahari yang perlahan menghilang di balik ufuk ditemani syahdunya suara azan maghrib yang menyusup ke dalam gerbong saat kereta melintasi masjid-masjid yang berada di sepanjang jalur kereta. Tak lama kemudian dengan menyapukan debu ke wajah dan lengan, aku bertayamum sebelum sholat mahrib dan isya yang dijamak qosor dalam posisi duduk di gerbong mengikuti arah kereta yang menjauhi arah matahari terbenam. Kapan lagi bisa sholat sambil duduk, dijamak, di qosor, dan membelakangi kiblat jika bukan di kereta ekonomi yang bergerak menjauhi peraduan sang matahari. Detik, menit dan jam berganti perlahan, pemandangan di luar gerbong tak lagi mudah dilihat di pekatnya malam selain lampu-lampu dari kendaraan di jalan dan rumah-rumah yang berada di sekitar jalur kereta, satu persatu para penumpang mulai memejamkan mata melepaskan sebagian lelah karena perjalanan masih panjang. Disaat-saat kantuk mulai menggantung, aku masih melihat para penjual batik menawarkan berbagai kaos, daster, taplak meja, sarung bantal dan guling pada para penumpang yang masih terjaga sementara sebagian lainnya sudah tertidur lelap di bangkunya masing-masing. Dengan bantal leher tiup yang telah terpasang di leher, sesosok ibu-ibu membawa baskom yang dijunjung di kepala menarik perhatianku dengan seruannya sepanjang sal gerbong. "sate ayam, lontong!" serunya bersemangat di antara puluhan penumpang yang sudah tertidur dan nyaris tertidur, termasuk aku. Tak sempat aku memanggilnya karena ia sudah pindah ke gerbong selanjutnya dengan membawa dagangannya yang membuatku penasaran seperti apa wujud makanannya. Tak lama, kembali ibu-ibu penjual sate lontong itu kembali masuk ke gerbongku yang langsung ku panggil menghampiriku. "sate lontong bu, berapa?' "biasa, Rp.6000 mas! mau berapa?" "satu bungkus aja bu!" Beberapa saat kemudian, bungkusan dari daun pisang sudah berpindah tangan dari baskom dagangannya ke genggamanku dan 3 lembar uang 2ribuan berpindah ke tangannya. Kulirik ke dalam bungkusan daun pisang itu dan kutemukan setumpuk lontong dan 4 tusuk sate ayam di dalamnya, "lontong 2ribuan dan sate seribu setusuk tho!" kataku dalam hati sambil menikmati empuknya lontong dan pedasnya bumbu sate menemani sepinya malam yang masih panjang. Hilir mudik penumpang serta penjual yang naik dan turun terasa semakin sepi menjelang tengah malam, entah sudah berapa stasiun yang terlewati, kantuk yang menggantungpun terasa semakin berat sehingga tak terasa akhirnya semua menjadi semakin buram dan gelap saat kantuk tak lagi bisa ditahan. Entah apa yang terjadi di sekelilingku, tapi kunikmati saja hembusan angin malam di ujung rambutku dan kulepaskan lelah di akhir malam ini untuk menjelang matahari esok yang akan datang beberapa jam lagi. Bersambung... ke Eps 3. (DAB) Sekolah berkualitas, unggulan, favorit dan terbaik. Sekolah berkualitas, unggulan, favorit dan terbaik.
DI ATAS KERETA API 24 Oktober 2012 Bermula 2 tahun lalu saat diadakannya Outcamp SD5 Sekolah Alam Cikeas untuk pertama kalinya ke Gunung Merapi di saat pasca terjadinya letusan besar Merapi yang akhirnya menjadi lokasi pertama Outcamp SD5 yang tahun berikutnya berpindah lokasi ke perkampungan Baduy di Banten. Berbeda dengan 2 Outcamp sebelumnya, rencana Outcamp SD5 Sekolah Alam Cikeas kali ini mungkin yang terjauh karena akan menuju Jawa Timur yang tepatnya berada di Gunung Bromo, salah satu gunung yang masih aktif di Jawa Timur. Persiapan perjalanan survey Outcamp kali ini dimulai dengan mencoba salah satu fitur yang ada di halaman utama website Sekolah Alam Cikeas yaitu "Google Map" yaitu fitur yang memberikan fasilitas pencarian jalur detil perjalanan yang disertai dengan jalur yang dilalui pada peta. Beberapa titik survei utama ditetapkan di awal perjalanan sebagai target yang harus dicapai antara lain, stasiun pasar senen, stasiun malang kota, lapangan rampal (Malang), pusat keripik sanan (Malang), Alun-Alun kota (Malang), lumpur lapindo (Porong) dan Bromo (Probolinggo). Sedangkan titik survei tambahan ditetapkan di situs purbakala Singosari dan air terjun Madakaripura yang menurut beberapa sumber merupakan tanah perdikan yang diberikan kepada Gajahmada. Berkat bantuan Mbah Google yang terintegrasi di halaman utama website Sekolah Alam Cikeas, printout jalur perjalanan survei outcamp SD5 Sekolah Alam Cikeaspun mudah dibuat untuk laporan perjalanan kali ini. Tentu saja membuat target perjalanan tidak akan cukup. pilihan alat transportasipun ditentukan menggunakan kereta api ekonomi untuk keberangkatan dan kereta api eksekutif untuk kepulangan dengan maksud alat transportasi itulah yang akan digunakan anak-anak saat outcamp. Kali ini untuk kedua kalinya fitur website Sekolah Alam Cikeas digunakan untuk memesan tiket kereta tersebut yaitu melalui http://www.sacikeas.com/tiket.html Alhamdulillah semua tiket online bisa dipesan dengan mudah untuk keberangkatan hari rabu tanggal 24 oktober 2012 dan kepulangan hari senin tanggal 29 oktober 2012. Satu hal yang luar biasa adalah ternyata harga tiket kereta api ekonomi Matarmaja dari Jakarta (pasar senen) menuju Malang hanya Rp 51.000 saja untuk menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 881km melewati stasiun-stasiun antara lain Stasiun Malang Kotalama, Stasiun Kepanjen, Stasiun Sumberpucung, Stasiun Kesamben, Stasiun Wlingi, Stasiun Blitar, Stasiun Ngunut, Stasiun Tulungagung, Stasiun Kediri, Stasiun Kertosono, Stasiun Nganjuk, Stasiun Madiun, Stasiun Solojebres, Stasiun Semarang Poncol, Stasiun Pekalongan, Stasiun Tegal, Stasiun Babakan, Stasiun Cirebonprujakan, Stasiun Jatibarang, Stasiun Pegadenbaru, Stasiun Terisi, Stasiun Cikampek, Stasiun Bekasi dan Stasiun Jatinegara. Waktu keberangkatan surveipun tiba, yaitu hari rabu tangal 24 Oktober 2012 setelah selesainya konsultasi raport narasi dengan orangtua siswa SD5. Cukup khawatir juga memulai keberangkatan di hari itu pada pukul 12 siang dari Sekolah Alam Cikeas menuju stasiun pasar senen dengan keberangkatan kereta jam 14.05, mengingat penyakit macet di jalan tol jagorawi yang nggak bisa diprediksi. Dengan hati dag-dig-dug stasiun pasar senenpun berhasil dicapai setelah berkutat dengan kemacetan di jalan tol yang bikin keringat dingin menitik di tengkuk. Saat berhasil menghenyakkan tubuh di kursi kereta api matarmaja yang menuju ke kota Malang, waktu hanya tersisa 15 menit lagi sebelum keberangkatan. Bayangkan, stasiun pasar senen yang jaraknya cuma kira-kira 35 km dari Sekolah Alam Cikeas harus ditempuh selama kira-kira 105 menit alias 1 jam 45 menit yang artinya kecepatan kendaraannya cuma 20 km/jam, setara dengan kecepatan sepeda ontel. Keberangkatan ternyata tepat waktu, jam 14.05 kereta bergerak perlahan setelah peluit panjang dari stasiun berbunyi. Lega karena berhasil berangkat dan berkeringat karena 15 menit menunggu keberangkatan kereta di gerbong yang hangat karena kipas di gerbong belum berputar, untunglah dengan kipas sate seharga Rp.3000 yang dibeli di dalam gerbong, panas itu berhasil dihalau pergi jauh. Dengan bertelekan bantal leher tiup seharga Rp.25.000 yang juga dibeli di dalam gerbong sebelum keberangkatan untuk menemani malam, awal perjalanan dari pasar senen langsung disuguhi pemandangan sampah berserakan dan rumah kardus di kanan-kiri jalur rel sementara jauh di belakangnya gedung-gedung perkantoran berdiri tinggi menjulang dengan indah. Sesaat duduk di dalam kereta ekonomi ternyata membangkitkan beberapa kenangan beberapa tahun lampau di kereta api ekonomi yang sama, tak banyak perubahan secara fisik namun lebih bersih, masih kursi yang sama namun tak ada yang sobek, masih dengan suasana yang sama namun tak ada lagi penumpang yang berdiri, bahkan mungkin masih dengan gerbong yang sama dengan yang dulu namun tak lagi berantakan dan kumuh. Seperti biasa, duduk di gerbong kereta ekonomi sangat berbeda dengan kereta eksekutif, dengan rambut berkibar ditiup angin dari jendela, ditemani hilir mudik penjual yang menawarkan beragam jualan mulai dari buku doa, alat-alat elektronik, makanan, minuman, buah-buahan, alat tulis, baju, taplak meja, kopiah, stiker dan masih banyak lainnya, sungguh pengalaman ini tak akan ditemukan dimanapun di Indonesia kalau tak naik kereta ekonomi. Sebuah realita kehidupan unik yang berjalan diatas roda besi kereta api ekonomi. Bersambung... ke Eps 2. (DAB & MP). Sekolah berkualitas, unggulan, favorit dan terbaik.
|
Guru-guruSelamat datang di Blog guru-guru Sekolah Alam Cikeas. Archives
March 2017
Categories
All
Kontribusi Tulisan.
Silahkan masukkan cerita atau tulisan untuk Blog ini melalui halaman Laskar Aksara, atau akses melalui tombol di bawah ini.
|Guru-guru Sekolah Alam CikeasSekolah berkualitas, unggulan, favorit dan terbaik.
|