Untuk pertama kalinya anak-anak kelas 7 merasakan pembagian pembelajaran IPA. Mereka sekarang mulai diperkenalkan dengan Fisika, Biologi, dan Kimia. Banyak istilah-istilah baru dan konsep-konsep baru yang harus diperkenalkan oleh guru mata pelajaran. Menjadi sebuah tantangan bagi kami, guru dan murid. Tentang bagaimana menggunakan metode yang tepat dalam menyampaikan materi, dan bagi anak-anak, tentang menerima serta bersungguh-sungguh dalam mempelajari hal baru. Untuk materi kali ini, aku harus memperkenalkan konsep baru kepada anak-anak. Sebuah bahasan yang terdapat di dalam buku paket Biologi, yaitu Taksonomi ! Selama mengajar di SD, materi ini belum pernah muncul. Jadi ini adalah kali pertama, materi ini di terima oleh mereka. Aku tak bisa serta merta memaparkan teori, karena itu terlalu abstrak. Mereka perlu jembatan untuk mengenal materi ini, sesuatu yang kongkrit. Maka sebelum jam pembelajaran di mulai, aku berkeliling sekolah, dan mengumpulkan beberapa jenis dedaunan. Ada daun Jambu Air, daun Salam, daun Pucuk merah, daun Karet, daun Karet kebo, daun Beringin, daun Ficus Alii, daun bunga Batavia, dan daun Jarak cina. Kesemua jenis daun tersebut di tempel di papan tulis secara berkelompok. Berjajar ke bawah.
Daun Karet dengan daun Karet kebo. Daun Jarak Cina dengan daun Bunga Batavia. Daun Beringin dengan daun Ficus Alii Daun Jambu air, dengan daun Salam, dan daun Pucuk merah. Melihat papan tulis yang penuh dengan tempelan dedaunan, anak-anak menjadi sangat penasaran. “ Memang kita mau belajar apa Bu ?” tanya mereka Yippie… ‘kesiagaan dan rasa penasaran‘ mereka bangkit. “ Kita mau belajar tentang sesuatu yang membuat kita mampu mengenali dunia di sekeliling kita!” jawabku bersemangat. Lalu mulailah anak-anak di beri materi pengantar tentang klasifikasi, tentang taksonomi, tentang binomial nomenklatur, serta tentang Carolus Linnaeus. Setelahnya, aku meminta anak-anak untuk mencari nama latin dari dedaunan yang tertempel di papan tulis, dengan tablet nya masing-masing. “ Silahkan, bagi yang sudah menemukan nama latin dari tanaman-tanaman ini, bisa menuliskannya di papan tulis ya .” Tak lama, beberapa anak mulai maju ke depan dan menuliskan nama-nama latin dari dedaunan tersebut. Namun, sambil menunggu mereka tuntas menuliskan semua nama-nama latin tersebut, aku menemukan beberapa nama yang ditulis dengan cara yang salah. Baru setelahnya, aku kembali mengulang konsep binomial nomenklatur , atau yang di kenal dengan penulisan nama organisme makhluk hidup dengan menggunakan dua kata latin/ yang di latinkan. “ Mudah saja sebenarnya untuk menuliskan nama ilmiah ini. Jadi hanya sedikit yang perlu di koreksi dalam penulisan kalian. Ada dua kata kan ? Kata pertama di awali dengan huruf besar, sementara kata kedua di awali dengan huruf kecil. Lalu jika kalian menggunakan huruf tegak, maka tiap kata perlu di beri garis bawahnya. Namun jika menggunakan huruf miring, maka kalian tidak perlu memberi garis bawah.” Jelasku, sambil menuliskan koreksi tiap nama ilmiah, di bawah tulisan mereka. “ Lalu , ada alasannya lho, mengapa tiap daun ini Bu Yuni susun perkolom. Ini terkait dengan makna klasifikasi sendiri. Kan tujuan klasifikasi itu adalah mengelompokkan tiap makhluk sesuai ciri-ciri yang sama. Maka di sini ada daun Karet yang dikelompokkan dengan daun Karet Kebo. Tanaman ini sama-sama ada nama ‘Karet’nya. Namun, apakah kedua tanaman ini satu keluarga ? Ternyata ketika kita cari tahu nama ilmiahnya, kedua tanaman ini berasal dari keluarga atau dari genus yang berbeda ! Dan perbedaan ini sebenarnya bisa kita lihat secara fisik. Kalian bisa perhatikan ,bentuk pertulangan daun di tanaman Karet ini berbeda dengan tanaman Karet kebo. Dilihat dari kesamaan ciri-ciri, tanaman Karet kebo ini justru sekeluarga dengan tanaman Beringin dan tanaman Ficus Alii. Ketiga tanaman ini sama-sama menghasilkan getah putih lengket, tekstur daunnya halus namun tebal, sama-sama memiliki akar gantung, dan mampu tumbuh menjadi pohon besar. Lalu, ketika kita coba buktikan secara ilmiah, ternyata kalian bisa liat sendiri, ketiga tanaman ini semuanya adalah adalah keluarga Ficus. Lalu ada lho, keluarga Ficus lainnya yang buahnya bisa kita makan. Nama buah dari pohon itu, disebutkan dalam Al-Quran lho. Warna kulit buahnya bermacam-macam, ada yang hijau, ada yang kuning, dan ada yang keunguan. Namun memang bukan tanaman asli Indonesia, sehingga jarang ada di sini. Ada yang tahu ?” tanyaku pada anak-anak. Anak-anak menggeleng. “ Di dalamAl-Quran itu, nama buahnya di sebut dengan buah Tin. Namun dunia internasional mengenalnya dengan nama buah Fig. Sementara di Indonesia, nama lainnya adalah buah Kiara. Sepengetahuan Bu Yuni, ini adalah satu-satunya buah dari keluarga Ficus yang bisa di konsumsi oleh manusia.” “ Ibu sudah pernah coba Bu ?” “ Sayang sekali belum. Tapi ingiiin sekali. InsyaAllah suatu saat nanti .” Lalu penjelasan aku lanjutkan dengan menceritakan kesamaan ciri-ciri dari Jambu air, tanaman Daun Salam dan Pucuk merah; “ Jika kalian remas daunnya, kalian akan menemukan aroma yang mirip dari ketiga tanaman ini lho.” Kemudian penjelasan tentang Tanaman daun Jarak Cina dan tanaman Bunga Batavia; “ Untuk kedua daun ini, kalian perhatikan deh. Jenis pertulangan daunnya sama. Jarak Cina dan Bunga Batavia, sama-sama memiliki tulang daun menyirip.” Tak terasa, jam pembelajaran Biologi hampir berakhir. Saat itu aku menjanjikan satu hal kepada mereka : “ InsyaAllah minggu depan, atau di waktu lain, kita lakukan pengamatan ini langsung di luar. Mari kita buktikan, bahwa tanaman-tanaman yang satu keluarga/ sama genusnya, pasti memiliki persamaan lebih besar. Dibandingkan dengan tanaman yang berbeda genusnya.” “ Iya ya Bu…” “ InsyaAllah… Dan sekarang Bu Yuni punya tantangan. Lihat pohon di luar itu .” Seruku sambil menunjuk ke arah luar jendela, ke jajajaran pohon perindang di samping kelas. “ Kalian lihat pohon-pohon tersebut ? Unik kan. Batang utamanya lurus , lalu di titik tertentu, keluar cabang-cabang. Lalu lurus lagi, dan dititik tertentu kembali keluar cabang-cabangnya. Rapi sekali. Nah, pohon di luar itu punya saudara di sekolah ini. Pola batangnya juga sama. Lurus dulu, lalu keluar cabang-cabangnya. Lurus lagi, dan keluar lagi cabang-cabangnya. Petunjuk lainnya adalah, daun di pohon itu lebih besar. Jadi kalau pohon yang ini daunnya kecil-kecil, maka daun dari saudara pohon ini, lebih lebar.” Jelas aku sambil menunjuk jajaran pohon di samping kelas. “ There will be a reward .” “ Apa Bu ? “ seru mereka bersemangat. “ Yang berhasil menemukan pohon yang di maksud, sebelum jam 08.00 pagi esok hari. Akan mendapaaat…. Hadiah dari aku, berupaaa…” Suasana hening sejenak. “ Segelas es teh manis di kantin . Aku akan traktir itu.” Seruku dengan ekspresif “ Hahahaha…” dan mereka tertawa lepas. “ Beneran ya Bu… Yang itu tuh Bu! Yang di sana ya Bu ? …” Seru mereka langsung bersemangat dan menunjuk-nunjuk pepohonan dari dalam kelas. “ Whuaaaa… tunggu-tunggu… Bukan begitu caranya. Cari pohonnya, pastikan ciri-cirinya sesuai dan ajak aku melihat pohon tersebut .” Selanjutnya , disisa hari tersebut hingga sesaat setelah kelas usai, anak-anak dengan bersemangat mengajak aku kesana dan kemari untuk menunjukkan pohon yang mereka temukan. Meski hadiahnya tak seberapa, hanya segelas es teh manis. Namun semangat mereka itu, seolah-olah hadiahnya adalah sesuatu yang berharga. Hahaha ini tidak lagi soal hadiahnya apa, tapi ini soal menyelesaikan tantangan. Akhirnya di akhir hari, trio pemuda dari kelas 7 berhasil menemukan pohon yang dimaksud. Itupun setelah mereka tak henti-hentinya menebak-nebak dan berhasil membuatku berputar-putar mengikuti mereka. Salut sekali atas semangat mereka yang tidak cepat tuk berputus asa. Oleh : Yuni Khairun Nisa *Tanaman yang menjadi petunjuk tantangan adalah : Pohon Ketapang Kencana yang daunnya kecil-kecil . Dan tanaman yang mereka berhasil tebak adalah : Pohon Ketapang yang daunnya bisa berubah warna.
1 Comment
adri
28/11/2013 08:21:19
Pelajaran yg menyenangkan
Reply
Leave a Reply. |
Kelas 7Selamat datang di kelas 7 persahabatan Sekolah Alam Cikeas. Archives
February 2018
Categories
All
|